Demo di jalanan selalu punya dua wajah. Di satu sisi, ia adalah ekspresi demokrasi yang sah: tanda bahwa rakyat masih peduli pada negeri ini. Di sisi lain, ia kerap dianggap mengganggu kenyamanan, terutama ketika lalu lintas macet parah. Pertanyaannya, mengapa pemerintah baru bergerak serius setelah teriakan-teriakan itu membesar menjadi chaos? Apakah harus ada gas air mata dan kawat berduri dulu, baru telinga penguasa benar-benar terbuka?
Kalau kita jujur, pola ini bukanlah hal baru. Dari masa ke masa, suara rakyat kecil sering kali tak terdengar kecuali sudah membentuk gelombang massa. Pemerintah, dengan segala prosedurnya, lebih cepat merespons ketika situasi memanas. Padahal, bukankah lebih baik jika ruang dialog dibuka sejak awal sebelum jalan raya berubah jadi panggung utama?
Yang sering luput dari sorotan, para demonstran tidak layak selalu dicap sebagai pengacau. Sebagian besar dari mereka turun dengan harapan sederhana: ingin hidup lebih layak, harga yang terjangkau, dan kebijakan yang berpihak. Di balik spanduk dan toa, ada keresahan sehari-hari yang sebenarnya bisa dipahami tanpa menunggu ribuan orang memenuhi jalanan. Hanya saja, telinga pejabat kerap baru “bersih” setelah suara rakyat berubah menjadi gelegar.
Tentu tidak ada yang berharap chaos. Sebab setiap kekacauan selalu meninggalkan luka: bagi aparat, bagi demonstran, bahkan bagi orang-orang yang tak ada sangkut pautnya, seperti pedagang kaki lima yang dagangannya hancur. Bukankah lebih manusiawi jika semua pihak duduk tenang, mendengar, lalu mencari jalan keluar sebelum amarah menjelma menjadi keributan?
Akhirnya, pertanyaan kita sederhana: seberapa serius pemerintah mau mendengar sebelum suara rakyat berubah jadi jeritan massal? Kalau jawabannya masih “nanti saja kalau sudah ramai,” ya bersiaplah jalanan akan tetap penuh warna. Tapi jika pemerintah mau mengubah kebiasaan—mendengar sebelum chaos—bisa jadi kita akan melihat demo lebih sering menjadi pesta ide ketimbang arena baku hantam. Bukankah itu lebih sehat untuk sebuah demokrasi? (***)
Discussion about this post