Oleh: Ifanko Putra
Sebagian pejabat pusat hingga daerah teramat sibuk di akhir tahun ini.
Habis menghadiri seminar di satu hotel, sedikit memberi sambutan, sang pejabat harus lanjut lagi jadwal Bimtek di tempat lain. Baru meneguk kopi beberapa seruput, protokol sudah memberi bisikan.
Seminar, bimtek, sosialisasi, peresmian ini itu serba dikebut. Yang tak sempat dihadirinya, diserahkan kepada wakil atau pejabat fungsional lain. Pokoknya segala serba sibuk.
Rendahnya penyerapan anggaran bulan berjalan menjadi alasan di bulan Desember banyak kegiatan yang dimepetkan.
Satu instansi yang sama, bisa memiliki beberapa kegiatan Bimtek berturut-turut dalam waktu berdekatan selama Desember ini.
Beragam tajuk kegiatan dibuat. Kadang bahasa formal yang tertulis di spanduk acara sukar dimengerti. Demikian pula dengan faedah dari kegiatan itu. Sukar dicari.
Pengusaha hotel lumayan bisa bernapas lega bulan ini karena banyaknya kegiatan.
Kegiatan kunjungan kerja atau studi banding ke luar Kota, tak boleh ketinggalan.
Sebab dengan kunker itu pejabat dapat menyerap ilmu apa saja di daerah yang ditujunya. Sambil bekerja dapat pula menukar pemandangan sehingga pikiran akan lebih segar saat kembali.
Banyak manfaatnya saat kunker itu. Beberapa ilmu yang didapat bisa diserap dan diaplikasikan di daerah atau instansi asal.
Makanya tak jarang kunker harus keluar negeri, karena orang luar konon lebih maju.
Tapi tidak semua dalam kunker bisa disampaikan dan diaplikasikan, ada juga bagian yang mesti dirahasiakan. Seperti kegiatan “diluar kunjungan formal,” Atau mengangkut anggota keluarga (ops, jangan suudzon, yang membawa keluarga tentu memakai biaya sendiri) dan lainnya. Oya, bahkan ada juga yang merahasiakan kepulangan dari luar negeri dan mengakali karantina saat pandemi ini
Kembali ke pasal penyerapan anggaran,
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) baru mendekati 70 persen, yakni 519,7 triliun dari pagu anggaran 744,77 triliun. Sisanya 225 Triliun, kira-kira lebih dari 30 persen.
“Anggaran banyak tidak terserap. Anggaran harus terserap.” Saya membayangkan kalimat tersebut di bulan Desember ini seperti ibu-ibu yang diberi uang kaget dalam salah satu acara teve. Si penerima lari terbirit-birit dan membeli apa saja agar uang itu habis. Dia berpacu dengan waktu. Barang yang dibeli bisa berupa kebutuhan krusial, tapi tak jarang juga terbeli barang yang tidak perlu sebab membelinya tanpa berpikir.
KPK dan BPK harus jeli dengan laporan kegiatan Desember ini, banyak kegiatan-kegiatan yang terkesan diada-adakan. Tak menutup kemungkinan ada yang fiktifnya juga.
Banyak uang dihamburkan untuk yang tak perlu, sedang si fakir miskin dan yatim piatu dan fasilitas publik banyak yang belum terjamah.*
Discussion about this post