Oleh: Suyono Saeran
Tahun 2022 lalu Provinsi Kepulauan Riau memperoleh peringkat terbaik tingkat nasional untuk indeks kerukunan umat beragama (KUB) dengan nilai 85,78 persen. Sementara tahun 2023 nilainya mengalami penurunan sedikit yakni 83,58 persen. Untuk indeks kesetaraan memperoleh nilai 83,87 dan indeks toleransi 81,47 persen. Dengan raihan tersebut masih menempatkan Kepulauan Riau sebagai daerah dengan indeks KUB yang sangat baik. Tentu prestasi ini perlu diapresiasi oleh semua pihak karena tidak mudah untuk sebuah pencapaian seperti itu.
Perlu kita ketahui Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu miniatur Indonesia di bagian barat. Semua suku, agama, budaya dan adat istiadat tumbuh dengan baik di daerah yang dibentuk melalui UU Nomor 25 Tahun 2002 ini.
Namun memelihara keberagaman sebagai salah satu kekuatan bukanlah persoalan yang semudah membalikkan telapak tangan. Apa lagi posisi Kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan Negara lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Brunei Darrusalam. Posisi ini sangat rentan terhadap intervensi budaya asing yang akan dengan mudah mempengaruhi dan tumbuh subur di Kepulauan Riau.
Namun sejauh ini tidak terjadi. Keberagaman tetap menjadi benteng kokoh Kepulauan Riau yang terdiri dari 2048 pulau ini dari gempuran pengaruh asing. Paham-paham yang sifatnya radikalisme, terorisme dan memecah belah umat dengan mudah mampu dialineasikan oleh masyarakat.
Memimpin daerah kepulauan dengan kemajemukkan masyarakat yang tinggi memang tidak mudah. Diperlukan sebuah kepiawaian yang mampu mengakomodir, memberi ruang serta kesempatan kepada semua elemen masyarakat merupakan sebuah keniscayaan. Posisi Kepala Daerah yang nota bene milik semua masyarakat harus mampu diimplementasikan, baik dari sisi kebijakan, program dan tindakan.
Pidato Gubernur Ansar Ahmad dalam video Tiga Tahun Memimpin Kepulauan Riau yang tersebar luas jelas tergambar bahwa semua masyarakat punya posisi yang sama. Punya hak dan kewajiban yang sama. Dan Ansar Ahmad sangat tahu apa yang harus dilakukan agar yang minoritas tetap diakui eksistensinya dan yang mayoritas punya kemampuan merangkul, bekerja sama dan mengedepankan sifat toleransi.
Karena itu kebijakan Ansar Ahmad selaku kepala daerah punya porsi yang seimbang bagaimana agar keberagaman tetap tumbuh dengan baik sebagai salah satu kekuatan yang dimiliki oleh Kepulauan Riau. Sikap ini diambil dari sebuah kesadaran yang tinggi bahwa kemajuan daerah yang memiliki 7 kabupaten dan kota ini juga ada kontribusi yang besar dari mereka yang kecil, dipinggir dan kadang kurang diperhitungkan.
Kepiawaian Ansar Ahmad dalam merangkul semua suku, etnis, agama dan budaya ini juga diakui oleh Ketua Masyarakat Indonesia Timur Provinsi Kepri, Angelinus. Menurutnya, implementasi dari pidato Ansar Ahmad dalam Tiga Tahun Memimpin Kepulauan Riau bahwa tidak ada masyarakat kelas satu dan kelas dua, dibuktikan dalam tindakan yang nyata. Ansar Ahmad dinilai mampu merangkul semua golongan dan elemen masyarakat tanpa terkecuali.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Datok Nazaruddin, salah seorang petinggi Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri. Dosen di salah satu perguruan tinggi di Kota Tanjungpinang ini malah menggarisbawahi, karena kemampaunnya dalam memberikan ruang dan kesempatan ke semua suku, agama, golongan, etnis serta budaya yang sama dalam tanggung jawab dalam kemajuan daerah, maka sangat layak kalau Ansar Ahmad diberikan penghargaan sebagai Bapak Negeri Kepulauan Riau.
Hal ini dibuktikan oleh Ansar Ahmad sebagai kepala daerah yang mampu menghantarkan Kepulauan Riau memperoleh indeks KUB terbaik pada tahun 2022 dan indeks KUB sangat memuaskan pada tahun 2023. Apa yang dilakukan telah menjadi sebuah parameter bahwa seorang kepala daerah harus mampu hadir di seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali.
LAM Sebagai Payung Negeri
Keberagaman Kepulauan Riau sebagai sebuah kekuatan potensial yang mampu berkontribusi bagi pembangunan daerah juga tidak terlepas dari LAM sebagai payung negeri. Dengan slogan “Dimana Bumi Dipijak Di Situ Langit Dijunjung” menjadikan LAM sebagai salah satu motor utama dalam memelihara kesatuan dan persatuan di semua kalangan masyarakat.
LAM selalu menjadi penjaga kerukunan dan penyambung tali silaturahmi antar etnis, organisasi keagamaan dan berbagai kelompok masyarakat di Kepulauan Riau. Budaya masyarakat Melayu yang selalu terbuka dan menerima siapa pun yang datang dengan maksud baik juga menjadi salah satu kekuatan dalam menjaga keberagaman.
Di sisi lain, LAM juga mengambil peranan penting dalam membina hubungan baik antar para tokoh di FKUB, tokoh masyarakat, pemerintah, pengusaha, budayawan dan stakeholder lainnya dalam menciptakan rasa aman dan damai dalam kehidupan masyarakat.
Karena itu pencapaian terpeliharanya keberagaman sebagai sebuah kekuatan melalui indeks KUB yang tinggi sebagai bukti bahwa Provinsi Kepulauan Riau berhasil membangun lingkungan yang inklusif dan harmonis bagi seluruh masyarakatnya.
*** Penulis adalah salah seorang Anggota Tim Percepatan Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau
Discussion about this post