Batam, Radarhukum.id – Bait-bait sastrawi dari puisi “Sejarah yang Tak Terbaca” menggema di Kampung Tua Batu Merah, Kecamatan Batu Ampar, Senin malam (21/10/2024). Amsakar Achmad, calon Wali Kota Batam nomor urut 2, berhasil memukau ratusan warga yang hadir dengan syair yang membawa mereka larut dalam suasana haru. Puisi tersebut mengisahkan sejarah gemilangnya masa lalu Batam dan mengisyaratkan kondisi masyarakat Kampung Tua belakangan ini.
“Tuan dan puan, ini adalah kisah tentang sejarah yang tak terbaca,
Tatkala Nadiem, Abdul Jamal, Raja Isa, dan Ali Kelana
Membuat masa lampau kemilau dan berdelau,
Menjulang ke semua selatan dan penjuru jagat.
Namun kini mereka pasti kecewa,
Melihat kita sedang menuai air mata dalam sejarah luka kampung tua,
Bagai Palestina di Gaza.
Kita pun kini tak sanggup lagi,
Menyanyi Raja Doli,
Tak lagi menari Jengger Jolok,
Tak lagi berkidung Pak Ketipak Ketipung.”
Demikian penggalan puisi yang ditulis sendiri oleh Amsakar itu.
Amsakar memahami betul konteks puisi tersebut bagi masyarakat Kampung Tua. Mereka yang telah ada jauh sebelum Batam menjadi daerah otonom. Malam itu, Amsakar tampil tidak hanya sebagai calon wali kota, tetapi juga sebagai anak Melayu yang siap bertungkus-lumus untuk memajukan daerah berjulukan Bandar Dunia Madani ini.
Dalam kesempatan tersebut, ia menyatakan, keputusannya untuk maju sebagai calon Wali Kota Batam adalah tanggung jawab moral, karena telah 27 tahun mengabdi untuk Kota Batam.
“Saya berdiri di sini karena saya merasa bertanggungjawab untuk menuntaskan apa yang belum tuntas, untuk menyelesaikan apa yang masih tercecer. Penting bagi saya untuk menjaga Batam yang telah menjadi rumah bagi saya selama 27 tahun, hampir separuh dari usia saya,” ucapnya tegas, disambut sorak dukungan dari warga.
Amsakar kemudian mengenang perjalanan politiknya yang penuh liku saat memutuskan maju dalam pemilihan wali kota Batam 2024. Ia menceritakan masa-masa awal ketika banyak pihak meremehkan langkahnya.
“Dulu, saya dianggap nekat dan tak punya peluang. Namun, dengan tekad yang kuat dan kebersamaan, peta politik akhirnya dapat berubah,” paparnya.
Dalam ceritanya, Amsakar juga menyinggung peran relawan dan masyarakat yang setia mendukungnya sejak awal, sehingga semangat dan tekad mantan Wakil Wali Kota Batam dua periode itu terus menyala. Kendati berbagai cobaan datang, Amsakar tidak membiarkan kesedihan meruntuhkan asanya. Dia mengapresiasi dukungan yang terus mengalir.
“Karena dukungan ini terus mengalir, saya putuskan berjuang” ucapnya mengenang, disambut gemuruh tepuk tangan.
Di tengah kampanye tersebut, Amsakar yang berpasangan dengan Li Claudia ini mengungkapkan berbagai permasalahan krusial yang masih dihadapi warga Batam, seperti persoalan air bersih, pendidikan, dan kesempatan kerja. Dengan nada optimis, ia berjanji untuk melanjutkan perjuangan dan membawa perubahan agar Batam lebih baik.
“Masih banyak pekerjaan yang menunggu di depan mata,” katanya.
Discussion about this post