Setelah dua dekade mendominasi Kota Depok, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akhirnya harus menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada pasangan Supian Suri dan Chandra Rahmasyah di Pilwalkot 2024. Hasil quick count menunjukkan pasangan nomor urut 2 ini meraih 53,19% suara, mengungguli pasangan Imam Budi Hartono dan Ririn Pratiwi dari PKS yang hanya memperoleh 46,81%. Kekalahan ini menjadi momen penting yang mengungkap dinamika politik lokal dan keinginan warga Depok untuk perubahan.
Salah satu alasan utama kekalahan PKS adalah kebosanan publik terhadap status quo. Setelah 20 tahun memimpin, PKS terlihat kehilangan daya tariknya di mata sebagian warga. Banyak yang merasa bahwa pola kepemimpinan mereka tidak lagi sejalan dengan kebutuhan kota yang semakin kompleks. Depok sebagai kota penyangga Jakarta menghadapi tantangan besar, mulai dari pertumbuhan populasi yang pesat hingga masalah infrastruktur yang mendesak. Sayangnya, PKS dianggap gagal memberikan solusi yang inovatif, sehingga warga mulai mencari alternatif.
Kebosanan ini juga diperkuat oleh perasaan stagnasi yang dirasakan oleh sebagian masyarakat. Selama bertahun-tahun, narasi politik PKS di Depok terkesan tidak banyak berubah. Meski ada prestasi yang dicapai, seperti dalam pengelolaan pemerintahan, warga tetap mendambakan pemimpin yang lebih progresif dan responsif terhadap isu-isu lokal. Harapan untuk melihat kota berkembang lebih modern dan inklusif mendorong mereka untuk beralih pada pasangan Supian-Chandra yang menawarkan visi baru.
Keinginan publik untuk keseimbangan politik juga menjadi faktor penting dalam tumbangnya dominasi PKS. Setelah dua dekade dikuasai oleh satu partai, warga Depok tampaknya ingin memberikan kesempatan kepada pemimpin yang berbeda. Pilihan ini mencerminkan keinginan untuk menghindari monopoli kekuasaan yang dapat menghambat dinamika politik lokal. Bagi banyak pemilih, perubahan kepemimpinan dianggap sebagai langkah strategis untuk menciptakan pemerintahan yang lebih akuntabel.
Pasangan Supian-Chandra berhasil memanfaatkan momentum ini dengan baik. Mereka membawa citra sebagai pemimpin yang segar dan inovatif, berbeda dari kesan konservatif yang melekat pada PKS. Supian Suri, seorang birokrat yang sudah lama berkecimpung di pemerintahan Depok, dikenal sebagai figur yang dekat dengan masyarakat. Bersama Chandra Rahmasyah, mereka menawarkan pendekatan yang lebih inklusif dan merangkul seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok muda yang selama ini kurang terwakili.
Sementara itu, pasangan Imam-Ririn tampak kesulitan keluar dari bayang-bayang kejayaan PKS di masa lalu. Kampanye mereka cenderung mengulang narasi yang sudah sering terdengar, seperti mengandalkan rekam jejak PKS tanpa memberikan visi konkret untuk masa depan. Pendekatan ini kurang efektif dalam menarik simpati warga yang sudah jenuh dengan pola kepemimpinan yang ada. Akibatnya, PKS gagal mempertahankan basis pemilihnya yang selama ini setia.
Kondisi ini menunjukkan bahwa warga Depok menginginkan regenerasi politik. Dalam demokrasi, pergantian kepemimpinan bukan hanya soal mencari figur baru, tetapi juga tentang menghadirkan ide-ide segar yang dapat menjawab tantangan zaman. Supian-Chandra berhasil mewakili aspirasi ini dengan menawarkan kebaruan yang diharapkan dapat membawa Depok ke arah yang lebih baik.
Kekalahan PKS di Depok adalah bukti bahwa stabilitas politik yang terlalu lama dapat berbalik menjadi kelemahan jika tidak diiringi dengan pembaruan. Warga Depok telah menunjukkan bahwa mereka tidak takut untuk mengambil risiko demi perubahan. Ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk terus mendengarkan suara rakyat dan beradaptasi dengan kebutuhan yang terus berkembang (***)
Discussion about this post