Dalam hampir sepuluh tahun terakhir, politik di Indonesia telah menjadi panggung pertunjukan yang membagongkan. Masyarakat terpolarisasi, terjebak dalam gelombang konflik yang semakin meruncing.
Seiring berjalannya waktu, terlihat bahwa sebagian masyarakat telah terjebak dalam aliran politik yang mengelabui. Mereka, tanpa menyadarinya, menjadi korban dari aktor politik yang pandai memainkan peran, menciptakan retorika yang mengecoh, dan meracuni pikiran dengan janji-janji manis. Di tengah informasi yang semakin melimpah, masih banyak yang belum mampu melihat bahwa mereka sedang dibodohi.
Paradoksnya, walaupun sering diakui bahwa masyarakat telah semakin cerdas dalam memilih pemimpin, kenyataannya terasa kontradiktif. Uang serangan fajar dan janji manis tampaknya lebih memikat hati dibandingkan dengan program-program yang masuk akal dan realistis. Politik yang membentuk pemahaman masyarakat tentang kebijakan dan arah bangsa seolah terjebak dalam belantara yang membingungkan.
Menghadapi kondisi ini, diperlukan refleksi mendalam tentang bagaimana pendidikan politik dan partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan. Politik yang membentuk kebijakan seharusnya menjadi sarana bagi kesejahteraan bersama, bukan panggung sandiwara yang membingungkan. Hanya dengan memahami betapa pentingnya peran masyarakat dalam menyaring informasi dan menganalisis kebijakan, kita dapat melangkah keluar dari politik yang membagongkan ini menuju arah yang lebih jelas dan berkeadilan.
Politik yang Membagongkan vs Politik Akal Sehat
Dalam hiruk-pikuk politik Indonesia saat ini, kita melihat dua sisi yang begitu kontras: Politik yang membagongkan dan politik akal sehat. Politik yang membagongkan, seakan menjadi pertunjukan panggung yang membingungkan, menarik perhatian dengan janji manis dan intrik retorika. Di sinilah masyarakat terpolarisasi, terjebak dalam kenyataan politik yang sering kali tak lebih dari sandiwara.
Di sisi lain, politik akal sehat mencoba menegaskan esensi politik yang seharusnya: sebuah wadah bagi kebijakan yang masuk akal dan realistis. Pemimpin yang berkomitmen pada pembangunan nyata, bukan sekadar pertunjukan visual. Masyarakat dalam politik ini dipandang sebagai mitra kritis yang memahami pentingnya melihat melebihi janji-janji manis.
Politik yang membagongkan menyoroti betapa masyarakat terkadang lebih terpikat pada uang serangan fajar daripada substansi program. Sementara politik akal sehat menantang masyarakat untuk memilih berdasarkan visi jangka panjang dan dampak riil bagi kehidupan sehari-hari.
Tantangannya kini adalah mempertemukan kedua sisi ini, membimbing masyarakat agar lebih kritis dalam menyikapi politik. Sehingga, politik bukan lagi panggung yang membingungkan, melainkan arena yang membentuk masa depan yang berkelanjutan dan adil untuk semua (***)
Discussion about this post