Oleh: Untung Wahyudi
Ada banyak teknik mengajar yang selama ini dipraktikkan oleh para guru atau pendidik. Berbagai metode mengajar kerap dicoba demi terwujudnya pendidikan bermutu bagi generasi bangsa.
Tetapi, kadang teknik yang dipraktikkan tidak membawa hasil memuaskan. Masih banyak siswa yang belum bisa menangkap pelajaran dengan baik. Bahkan, rasa bosan kerap menyerang mereka ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Dikutip dari laman dikdasmen.go.id, bersama jajaran pimpinan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Mendikdasmen Abdul Mu'ti mengunjungi SMA Negeri 2 Wates, Yogyakarta. Dalam kunjungannya tersebut, Abdul Mu'ti mengajak para guru untuk terus berupaya mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.
Untuk mewujudkan tersebut, Kemendikdasmen akan berupaya meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah dan meningkatkan kualitas kualifikasi guru. Terkait kualifikasi guru, Menteri Mu'ti menginginkan para guru memiliki standar Pendidikan D4 dan S-1 (dikdasmen.go.id).
Proses Belajar yang Menggembirakan
Semua orang, khususnya para pendidik, tentu menginginkan hasil terbaik dalam proses pembelajaran. Berbagai cara telah dilakukan untuk melaksanakan tugasnya, termasuk mengikuti standar mengajar yang ditetapkan dalam Kurikulum.
Tapi, terkadang proses belajar mengajar tersandung dengan suatu masalah klasik yang menyebabkan proses belajar mengajar tidak seperti yang diharapkan. Salah satu contok konkret adalah kesejahteraan guru. Selama ini, masalah kesejahteraan guru kerap menjadi perbincangan hangat di kalangan praktisi pendidikan dan para pendidik.
Berbicara masalah kesejahteraan, tentunya kita tidak bisa menutup mata dan telinga terkait kebutuhan hidup yang semakin meningkat.
Dalam pelaksanaan Sambung Rasa Guru yang dilakukan Mendikdasmen dan para guru di Yogyakarta beberapa waktu lalu, para peserta turut menyampaikan aspirasi untuk pemajuan pendidikan Indonesia. Henri Saputro, Guru SMP Negeri 2 Kalibawang, Kulon Progo, menyoroti tentang kesejahteraan guru. Menurutnya, kesejahteraan guru menjadi hal penting guna mewujudkan pendidikan yang gembira dan bermutu untuk semua.
Dalam kesempatan tersebut, Henri meminta kepada Mendikdasmen untuk membuat regulasi atau perlindungan hukum bagi para guru. Jika regulasi itu terwujud, maka hal tersebut akan menjadi hal yang baik dan menjadi bagian penting dari proses peningkatan kualitas pendidikan.
Keresahan seputar kesejahteraan guru, khususnya non-ASN, tidak hanya dirasakan oleh Henri Saputro. Semua guru di Indonesia menginginkan kesejahteraan guru lebih ditingkatkan. Hal tersebut demi terwujudkan kualitas pendidikan yang baik.
Kesejahteraan guru merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun perbaikan terus dilakukan, sampai saat ini kesejahteraan tenaga pendidik di beberapa daerah masih mengalami ketimpangan. Tidak heran jika sebagian besar guru memiliki pekerjaan sampingan.
Dikutip dari laman guruberdaya.org (10/07/2024), bahwa Survei Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) dan GREAT Edunesia Dompet Dhuafa yang dirilis pada Mei 2024 menemukan bahwa 55,8 persen guru memiliki penghasilan tambahan dari pekerjaan lain. Namun, penghasilan tambahan tersebut jumlahnya tidak signifikan.
Mayoritas guru hanya mendapat tambahan kurang dari Rp500 ribu. Pekerjaan sampingan yang dilakukan antara lain mengajar bimbel atau privat (39,1 persen), berdagang (29,3 persen), bertani (12,8 persen), buruh (4,4 persen), konten kreator (4 persen), dan driver ojek daring (3,1 persen) (guruberdaya.org).
Deep Learning dan Guru Kreatif
Konsep Deep Learning yang digaungkan Kemendikdasmen sebenarnya terkait teknik mengajar yang harus dilakukan guru. Dalam konsep ini, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar dan merasa tugasnya selesai begitu saja hanya dengan mengajar di kelas. Tetapi, guru juga harus berfungsi sebagai seorang konselor yang mampu membimbing peserta didik. Mendiskusikan hal-hal penting terkait materi pelajaran, atau masalah lain di luar kelas.
Kreativitas guru memang sangat diperlukan, terutama memasuki era modern yang berlimpah dengan perkembangan teknologi dan informasi. Menjadi guru kreatif memang tidak mudah, tetapi bukan hal yang mustahil untuk dipelajari. Bukankah banyak referensi yang saat ini bertebaran di dunia maya terkait cara atau trik menjadi guru kreatif dan inovatif?
Seorang guru yang kreatif biasanya mampu mengeluarkan dan mengekspresikan kreativitas mereka. Kreativitas yang sangat mahal tersebut harus dimanfaatkan, terutama dalam proses pengajaran. Lebih-lebih, kreativitas itu bernilai jual sehingga kelak bisa mendatangkan penghasilan.
Perkembangan teknologi bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Contoh guru kreatif dan inovatif ialah seorang guru yang mampu mengkreasikan pengajaran dengan mencoba berbagi hal baru. Guru juga bisa berkarya untuk membuat berbagai model atau media pembelajaran untuk kepentingan pembelajaran dan untuk memenuhi kebutuhan siswanya (gurubinar.id).
Demikianlah. Kreativitas guru memang harus terus diasah agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik. Kemauan dan kemampuan guru dalam mewujudkan pendidikan bermutu dan berkualitas bisa menjadi tolok ukur keberhasilan siswa di masa mendatang.
*) Untung Wahyudi, lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya
Discussion about this post