Batam, Radarhukum.id – Anggota DPRD Kota Batam, Anwar Anas, menyuarakan kemarahan dan keprihatinan mendalam atas kasus kekerasan brutal yang menimpa seorang asisten rumah tangga (ART) asal Sumba Barat Daya. Korban dilaporkan mengalami penganiayaan berat oleh majikannya di kawasan elite Sukajadi.
Dalam pernyataannya, Anwar mengecam keras peristiwa tersebut yang menurutnya mencoreng nilai-nilai kemanusiaan, terlebih terjadi di kota yang dikenal sebagai pusat investasi dan kemajuan.
Politisi muda dari Partai Gerindra itu menilai, kasus ini bukan hanya perkara kriminal semata, tetapi cermin buram dari praktik perbudakan modern yang masih bersembunyi di balik pagar-pagar rumah mewah.
“Apa yang tersisa dari rasa kemanusiaan kita, jika perempuan lemah tak lagi punya tempat aman bahkan di rumah tempat ia bekerja? Apa arti hukum dan perlindungan jika tubuh yang lelah bekerja justru menjadi sasaran penyiksaan?” tambahnya.
Anwar juga menyebut tindakan tersebut sebagai bagian dari “jeritan diam” para ART yang selama ini bekerja tanpa perlindungan layak, seringkali dibungkam oleh ketimpangan sosial dan budaya diam.
“Ini bukan sekadar kabar kriminal biasa. Ini adalah wajah kelam perbudakan modern yang masih tumbuh subur di antara tembok-tembok rumah elite bernama Sukajadi. Ini adalah jeritan diam yang selama ini ditelan banyak ART—yang tak bersuara, tak dibela, dan seringkali dianggap wajar,” tegasnya.
Di akhir pernyataannya, Anwar menyerukan agar seluruh masyarakat Batam tidak tinggal diam.
“Batam harus marah. Kita semua harus marah. Sebab bila hari ini kita diam, siapa lagi yang akan jadi korban esok?” pungkasnya.
Discussion about this post