Banda Aceh, Radarhukum.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengimbau pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana alam yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Hal ini disampaikan oleh Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Nuraini Rahma Hanifa, saat menghadiri peringatan 20 tahun Tsunami Aceh di Banda Aceh, Kamis (26/12/2024).
Nuraini Rahma menegaskan pentingnya perhatian serius dari pemangku kepentingan dan masyarakat untuk memastikan mitigasi bencana dilakukan secara cermat. Berdasarkan hasil risetnya, segmen megathrust di selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, menyimpan energi tektonik besar yang berpotensi memicu gempa berkekuatan 8,7 hingga 9,1 magnitudo.
“Segmen megathrust di selatan Jawa menyimpan energi tektonik yang berpotensi melepaskan gempa besar, yang dapat dirasakan hingga Jakarta melalui Selat Sunda dalam waktu sekitar 2,5 jam,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari laman resmi BRIN, Minggu (5/1/2025).
Hasil simulasi yang dilakukan BRIN bersama peneliti dari berbagai institusi menunjukkan bahwa jika tsunami terjadi, ketinggian gelombang diperkirakan mencapai 20 meter di pesisir Selat Jawa, 3 hingga 15 meter di Selat Sunda, dan sekitar 1,8 meter di pesisir utara Jakarta.
“Energi yang terkunci di zona subduksi Selat Jawa terus bertambah seiring waktu. Jika dilepaskan sekaligus, guncangan ini dapat memicu tsunami besar yang berdampak luas, tidak hanya di Selat Jawa, tetapi juga di wilayah pesisir lainnya,” jelas Nuraini.
BRIN menekankan perlunya pendekatan mitigasi bencana secara komprehensif melalui langkah struktural dan non-struktural. Langkah struktural mencakup pembangunan tanggul, pemecah ombak, serta penataan ruang di kawasan pesisir. Sementara itu, langkah non-struktural meliputi peningkatan kesiapsiagaan masyarakat melalui edukasi mitigasi, simulasi evakuasi, dan penyediaan jalur serta lokasi evakuasi yang memadai.
Nuraini juga mengusulkan solusi berbasis ekosistem, seperti pembangunan hutan mangrove dan vegetasi pesisir, yang dapat berfungsi untuk meredam energi gelombang tsunami.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, gempa megathrust di Selat Jawa memiliki periode ulang sekitar 400 hingga 600 tahun, berdasarkan hasil penelitian paleotsunami BRIN. Kejadian terakhir diperkirakan terjadi pada tahun 1699.
Discussion about this post